google-site-verification: google314e099c36007d9d.html

Senin, 22 Februari 2016

pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( bagian 4 )

< br />
. Prinsip Pengembangan Kegiatan Belajar Mengajar           ( KBM )

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang mengikuti prinsip-prinsip belajar-mengajar dan prinsip motivasi dalam belajar pendidikan agama islam. Belajar mengajar Pendidikan Agama Islam merupakan kegiatan aktif siswa dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran aqidah dan akhlak Islam. Karena itu guru Pendidikan Agama Islam perlu memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam menemukan dan membangun makna atau pemahaman nilai-nilai ajaran Islam. Perlu dibangun kesadaran bahwa tugas dan tanggung jawab belajar berada pada diri siswa. Sedangkan guru PAI disamping secara personal dan social dapat dijadikan figure atau sumber nilai sebagai acuan manusia berkepribadian agama, maka secara profesioanl GPAI juga bertanggung jawab untuk menciptakan situasi dan kegiatan belajar mengajar yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayatnya.

Ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
1.         Berpusat Pada Siswa
Setiap siswa yang belajar PAI memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan tersebut bisa dalam hal minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Ditinjau dari latar belakang pengalaman beragama, ada siswa yang berasal dari keluarga taat beragama, dan ada yang acuh tak acuh terhadap pengamalan nilai-nilai keagamaan.  Ditinjau dari gaya belajarnya, siswa tertentu  lebih mudah belajar dengar baca dan melihat (visual), dengan mendengar (audio), atau dengan cara gerak  (kinestika). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa.
2.         Belajar dengan keteladanan dan Pembiasaan
KBM Pendidikan Agama Islam tidak terputus pada pengetahuan, tetapi harus ditindak lanjuti pada pemberian contoh/keteladanan dalam pengamalan, dan berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3.         Mengembangkan Kemampuan Sosial
Siswa akan lebih muda menemukan dan membangun pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam aqidah dan  akhlak Islam,  apabila dapat mengkomunikasikan pengalaman dan pemahamannya kepada siswa lain, guru atau pihal-pihak lain. Untuk membangun makna, KBM Aqidah akhlak diperlukan pengalaman langusng atau tidak langsung kaitannya dengan lingkungan sosial.
4.         Mengembangkan Fitrah Bertauhid
Keingintahuan dan Imajinasi, Siswa dilahirkan dengan membawa fitrah bertauhid .firman Allah SWT :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ ﴿١٧٢﴾
Artinya : 172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(QS; al-A’rof:172).
 Fitrah bertauhid tersebut harus dikembangkan dan butuh bimbingan agar beraqidah dan berakhlak yang benar dan lurus (hanif). Rasa ingin tahu dan daya imajinasi merupakan modal dasar yang harus dikembangkan agar siswa mampu bersikap sesuai dengan nilai dan ajaran agama Islam.
5.         Mengambangkan Keterampilan Memecahkan Masalah
Di era globalisasi ini siswa memerlukan keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan untuk dapat mengambil keputusan sikap dan  nilai secara tepat dan benar dalam kehidupan. Untuk itu KBM Aqidah akhlak dikembangkan agar siswa terampil dalam mengidentifikasi , mengklasifikasi, memecahkan dan memeutuskan nilai atau sikap secara benar dengan menggunakan prosedur ilmiah yang bersumber dari wahyu Illahi.
6.         Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Pembelajaran aqidah akhlak dikembangkan agar siswa diberikan kesempatan dan kebebasan untuk berkreasi dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan.
7.         Mengembangkan Kepahaman Penggunaan Ilmu dan Teknologi
Siswa perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini namun tidak mempertuhankan hasil-hasil perkembangan IPTEKS. KBM Pendidikan Agama Islam juga perlu memberikan peluang agar siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar dan penggunaan multimedia pembelajaran.
8.Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan tidak terlepas dari membangun kepribadain dan moral siswa sebagai anak Indonesia. Karena itu wujud dan contoh-contoh pengamalan aqidah dan akhlak diupayakan dapat memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa untuk menjadi warga negara yang taat beragama serta menghormati dan mengharagi agama lain secara bertanggung jawab serta memberikan wawasan nilai-nilai moral dan sosial yang dapat membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab.
9.         Belajar Sepanjang Hayat
Belajar aqidah akhlak adalah membangun moral sepanjang kehidup. Karena itu pembelajaran dikembnagkan agar siswa memilki kesadaran dan terus butuh belajar agama sepanjang hayat
10.       Perpaduan kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas
Siswa perlu berkompetensi, bekerjasama, dan mengembangkan   solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri dan bekerjasama melalui lintas kompetensi.

11.Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu fakor penentu dalam pencapaian prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mudah diarahkan untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi dapat dibangkitkan dari dalam diri siswa (motivasi intrisik) dan dapat pula dibangkitkan dari luar (motivasi ekstrisik). Motivasi dalam diri siswa akan tumbuh apabila siswa tahu dan menyadari bahwa apa yang dipelajari bermakna atau bermanfaat. Ada dua potensi yang dapat membangkitkan motivasi belajar yang efektif, yaitu  keingintahuan dan keyakinan siswa akan kemampuan dirinya. Pada umumnya siswa memiliki rasa ingin tahu dan memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya. Karena itu guru perlu harus dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu:
1.    Kebermaknaan
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi belajar  aqidah akhlak dikethui kegunaan/manfaatnya dan dirasakan bermakna bagi dirinya. Pelajarn dirasakan bermaka apabila siswa menemukan adanya keterkaitan dengan pengalamn, bakat, minat, pengetahuan, tugas dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2.    Kontinuitas dan integritas
Penataan organsisi isi materi tidak terjadi tumpang tindih dengan memperhatikan kontinuitas dan integritas materi aqidah akahlak pada setiap level dan jenjang pendidikan

3.         Model/ figure/Tokoh 
            Siswa akan menghayati, menyadari, dan mencontoh pengamalan nilai-nilai aqidah akhlak Islam dengan baik, jika guru memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
4.         Komunikasi Terbuka
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika guru di awal pelajaran menyampaikan secara terbuka struktur / kontrk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan psikomotrik belajar siswa, sehingga kesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
5.         Tugas Menyenangkan dan yang Menantang
Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi atau pengalaman dan tugas belajar yang menyenangkan sesuai tingkat kemampuan berpikirnya. Konsentrasi juga dapat bertambah bila siswa menghadapai tugas yang menantang dan sedikit melebihi kemampuannya. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh kemampuannya akan terjadi kecemasan. Dan bila tugas kurang dari kemampuannya akan terjadi kebosanan.
 6.         Latihan yang Tepat dan Aktif
Siswa akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan efektif jika kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan sesuai kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi.

7.         Penilaian Tugas
Siswa akan memperoleh percapaian belajar yang efektif jika tugas dibagikan dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
8.         Kondisi dan Konsekuensi yang Menyenangkan
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari prilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Belajar melibatkan perasaaan dan suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan, karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya akan muncul bila belajar diwujudkan dalam bentuk permainan khususnya pada pendidikan usia dini. Selanjutnya bermain dapat dikembangkan menjadi eksperimen yang tinggi.

9.         Keragaman Pendekatan
Siswa akan belajar jika diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar. Pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks, tetapi juga dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama, dan/atau penelitian/pengujian.
10.       Mengembangkan Beragam Kemampuan
Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat mengembangkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan beragama, logis, matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan kemampuan inter maupun intra personal. Madrasah perlu menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
11.       Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera
Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal, jika dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan materi pelajaran.
12.       Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar
Siswa akan lebih menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur  sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat sesuatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajari. [1]
Selain memperhatikan hal diatas ,ada baiknya kita juga memperhatikan beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pelajaran pendidikan agama islam.

A.        Pendekatan Subjek Akademis.
Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi yang berbeda dengan ilmu lain,pendekatan subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang akan dikuasai oleh peserta didik,yang diperlukan untuk pengembangan disiplin ilmu .pendidikan agama islam disekolah merupakan disiplin ilmu meliputi aspek al-quran,hadits ,akhlak,ibadah dan muamalah,tarikh.dimadrasah aspek tersebut dijadikan sub-sub bagian mata pelajaran pendidikan agama islam,yang mana bagian –bagian itu diajarkan secara sendiri-sendiri.,yang diajarkan berdasarkan sistemasi sistem ilmu masing-masing.
B.                   Pendekatan Humanistis.
Pendekatan ini bertitik tolak dari ide memanusiakan manusia,yaitu penciptaan kontek yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human,untuk mempertinggi harkat dan martabat manusia merupakan  dasar filosofinya.dasar teori,dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan..
Apa yang dimaksud dengan memanusiakan manusia yaitu pemahaman atas diri manusia yang terdiri dari dua unsur,yaitu unsur jasmani/materi yang bahan dasarnya adalah bagian dari alam semesta ciptaan Allah SWT. Dan unsur rohani yaitu ruh yang ditiupkan kedalam diri manusia,sehingga manusia mempunyai alat potensi dan fitrah. Dengan demikian berarti memanusiakan manusia berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya dan menumbuh kembangkan  alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau yang disebut fitrah manusia.
C.        Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tugas tertentu,materi yang diajarkan ,kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya diterapkan sesuai dengan analisis tugas tersebut. Dalam kurikulum pendidikan agama islam ini menekankan pada know how atau cara melakukan tugas tertentu,misalnya cara melakukan shalat,haji,puasa,zakat mengkapani mayit ,shalat jenazah dan sebagainya.pembelajaran pendidikan agama islam menggunakan pendekatan teknologis bila mana ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar.merencanakan,mengelola,melaksanakan dan menilai..pendekatan teknologis ingin mengejar kemanfaatan tertentu yang menuntut peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu,sehingga proses dan rencana produknya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol,dari rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif,efisien dan memiliki daya tarik.pendekatan ini tentunya mempunyai keterbatasan,oleh karena itu tidak selamanya dapat diterapkan. Jika yang diinginkankan hanya pada penguasaan materi (kognitif ) semata mungkin cocok untuk dipakai, tapi bila dimaksudkan untuk sampai pada tingkat kesadaran iman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan seharip-hari ,pendekatan teknologis sulit untuk diterapkan. Karena mungkin prosesnya dapat dirancang ,tapi hasilnya sulit untuk diukur.
D.        Pendekatan Rekonstruksi Sosial.
Pendekatan ini bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat. Yang memerlukan pemecahannya.pendekatan rekonstruksi sosial menekankan pada isi pembelajaran dan juga menekankan pada proses pendidikan dan pengalaman belajar,karena pendekatan ini berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain,berinteraksi dan bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup,memecahkan masalah yang dihadapi, tugas pendidikan terutama membantu agar peserta didik menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakatnya.[2]




[1]  Nasution.S.:PengembanganKurikulum  Bandung, PT:Citra Aditiya   Bakti.  1991
[2] Prof.Dr.H.Muhaimin MA.Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam,disekolah,Madrasah dan Perguruan Tinggi,Pt,Raja Grapindo Persada,Jakarta,2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar