Kegiatan belajar mengajar (KBM)
dirancang mengikuti prinsip-prinsip belajar-mengajar dan prinsip motivasi dalam
belajar pendidikan agama islam. Belajar mengajar Pendidikan Agama Islam
merupakan kegiatan aktif siswa dalam menemukan dan membangun makna atau
pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran aqidah dan akhlak Islam.
Karena itu guru Pendidikan Agama Islam perlu memberikan kesempatan dan dorongan
kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam menemukan dan membangun makna
atau pemahaman nilai-nilai ajaran Islam. Perlu dibangun kesadaran bahwa tugas
dan tanggung jawab belajar berada pada diri siswa. Sedangkan guru PAI disamping
secara personal dan social dapat dijadikan figure atau sumber nilai sebagai
acuan manusia berkepribadian agama, maka secara profesioanl GPAI juga
bertanggung jawab untuk menciptakan situasi dan kegiatan belajar mengajar yang
mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang
hayatnya.
Ada 10 prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
1. Berpusat Pada Siswa
Setiap siswa yang belajar PAI
memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan tersebut bisa dalam hal minat,
kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Ditinjau dari latar
belakang pengalaman beragama, ada siswa yang berasal dari keluarga taat
beragama, dan ada yang acuh tak acuh terhadap pengamalan nilai-nilai
keagamaan. Ditinjau dari gaya
belajarnya, siswa tertentu lebih mudah
belajar dengar baca dan melihat (visual), dengan mendengar (audio), atau dengan
cara gerak (kinestika). Oleh karena itu
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar,
alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa.
2. Belajar dengan keteladanan dan Pembiasaan
KBM Pendidikan Agama Islam
tidak terputus pada pengetahuan, tetapi harus ditindak lanjuti pada pemberian
contoh/keteladanan dalam pengamalan, dan berlatih membiasakan diri untuk
bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan Kemampuan Sosial
Siswa akan lebih muda menemukan
dan membangun pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam aqidah dan akhlak Islam,
apabila dapat mengkomunikasikan pengalaman dan pemahamannya kepada siswa
lain, guru atau pihal-pihak lain. Untuk membangun makna, KBM Aqidah akhlak
diperlukan pengalaman langusng atau tidak langsung kaitannya dengan lingkungan
sosial.
4. Mengembangkan Fitrah Bertauhid
Keingintahuan dan Imajinasi,
Siswa dilahirkan dengan membawa fitrah bertauhid .firman Allah SWT :
وَإِذْ
أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ
عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ ﴿١٧٢﴾
Artinya : 172. Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(QS; al-A’rof:172).
Fitrah bertauhid tersebut harus dikembangkan
dan butuh bimbingan agar beraqidah dan berakhlak yang benar dan lurus (hanif).
Rasa ingin tahu dan daya imajinasi merupakan modal dasar yang harus
dikembangkan agar siswa mampu bersikap sesuai dengan nilai dan ajaran agama
Islam.
5. Mengambangkan Keterampilan Memecahkan Masalah
Di era globalisasi ini siswa
memerlukan keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan untuk dapat mengambil
keputusan sikap dan nilai secara tepat
dan benar dalam kehidupan. Untuk itu KBM Aqidah akhlak dikembangkan agar siswa
terampil dalam mengidentifikasi , mengklasifikasi, memecahkan dan memeutuskan
nilai atau sikap secara benar dengan menggunakan prosedur ilmiah yang bersumber
dari wahyu Illahi.
6. Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Pembelajaran aqidah akhlak
dikembangkan agar siswa diberikan kesempatan dan kebebasan untuk berkreasi
dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam
kehidupan.
7. Mengembangkan Kepahaman Penggunaan Ilmu dan Teknologi
Siswa perlu mengenal penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini namun tidak mempertuhankan hasil-hasil
perkembangan IPTEKS. KBM Pendidikan Agama Islam juga perlu memberikan peluang
agar siswa memperoleh informasi dari berbagai sumber belajar dan penggunaan
multimedia pembelajaran.
8.Menumbuhkan Kesadaran Sebagai
Warga Negara
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang dikembangkan tidak terlepas dari membangun kepribadain dan moral
siswa sebagai anak Indonesia. Karena itu wujud dan contoh-contoh pengamalan
aqidah dan akhlak diupayakan dapat memberikan wawasan dan kesadaran kepada
siswa untuk menjadi warga negara yang taat beragama serta menghormati dan
mengharagi agama lain secara bertanggung jawab serta memberikan wawasan
nilai-nilai moral dan sosial yang dapat membekali siswa agar menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab.
9. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar aqidah akhlak adalah
membangun moral sepanjang kehidup. Karena itu pembelajaran dikembnagkan agar
siswa memilki kesadaran dan terus butuh belajar agama sepanjang hayat
10. Perpaduan kompetensi, Kerjasama, dan Solidaritas
Siswa perlu berkompetensi,
bekerjasama, dan mengembangkan
solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan bekerjasama yang memungkinkan siswa bekerja secara
mandiri dan bekerjasama melalui lintas kompetensi.
11.Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu
fakor penentu dalam pencapaian prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi akan mudah diarahkan untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi
dapat dibangkitkan dari dalam diri siswa (motivasi intrisik) dan dapat pula
dibangkitkan dari luar (motivasi ekstrisik). Motivasi dalam diri siswa akan
tumbuh apabila siswa tahu dan menyadari bahwa apa yang dipelajari bermakna atau
bermanfaat. Ada dua potensi yang dapat membangkitkan motivasi belajar yang
efektif, yaitu keingintahuan dan
keyakinan siswa akan kemampuan dirinya. Pada umumnya siswa memiliki rasa ingin
tahu dan memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya. Karena itu guru perlu harus
dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Ada beberapa prinsip yang dapat
digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu:
1. Kebermaknaan
Siswa akan termotivasi untuk
belajar jika kegiatan dan materi belajar
aqidah akhlak dikethui kegunaan/manfaatnya dan dirasakan bermakna bagi
dirinya. Pelajarn dirasakan bermaka apabila siswa menemukan adanya keterkaitan
dengan pengalamn, bakat, minat, pengetahuan, tugas dan tata nilai dalam
kehidupan sehari-hari siswa.
2. Kontinuitas dan integritas
Penataan organsisi isi materi
tidak terjadi tumpang tindih dengan memperhatikan kontinuitas dan integritas
materi aqidah akahlak pada setiap level dan jenjang pendidikan
3. Model/
figure/Tokoh
Siswa akan menghayati, menyadari, dan mencontoh
pengamalan nilai-nilai aqidah akhlak Islam dengan baik, jika guru memberi
contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
4. Komunikasi
Terbuka
Siswa akan termotivasi untuk
belajar jika guru di awal pelajaran menyampaikan secara terbuka struktur /
kontrk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan psikomotrik
belajar siswa, sehingga kesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.
5. Tugas
Menyenangkan dan yang Menantang
Siswa akan termotivasi untuk
belajar jika mereka disediakan materi atau pengalaman dan tugas belajar yang
menyenangkan sesuai tingkat kemampuan berpikirnya. Konsentrasi juga dapat
bertambah bila siswa menghadapai tugas yang menantang dan sedikit melebihi
kemampuannya. Sebaliknya bila tugas terlalu jauh kemampuannya akan terjadi
kecemasan. Dan bila tugas kurang dari kemampuannya akan terjadi kebosanan.
6. Latihan yang Tepat dan Aktif
Siswa akan dapat menguasai
materi pembelajaran dengan efektif jika kegiatan belajar mengajar memberikan
kegiatan latihan sesuai kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk
mencapai kompetensi.
7. Penilaian
Tugas
Siswa akan memperoleh
percapaian belajar yang efektif jika tugas dibagikan dalam rentang waktu yang
tidak terlalu panjang dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
8. Kondisi
dan Konsekuensi yang Menyenangkan
Siswa akan belajar dan terus
belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman, dan jauh dari
prilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Belajar melibatkan perasaaan dan
suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan, karena otak tidak akan
bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya
akan muncul bila belajar diwujudkan dalam bentuk permainan khususnya pada
pendidikan usia dini. Selanjutnya bermain dapat dikembangkan menjadi eksperimen
yang tinggi.
9. Keragaman
Pendekatan
Siswa akan belajar jika diberi
kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi
belajar. Pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks, tetapi
juga dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama,
dan/atau penelitian/pengujian.
10. Mengembangkan Beragam Kemampuan
Siswa akan belajar secara
optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat mengembangkan berbagai
kemampuan, seperti kemampuan beragama, logis, matematis, bahasa, musik, kinestetik,
dan kemampuan inter maupun intra personal. Madrasah perlu menyediakan berbagai
pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang sehingga anak
dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
11. Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera
Siswa akan menguasai hasil
belajar dengan optimal, jika dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera
untuk berinteraksi dengan materi pelajaran.
12. Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar
Siswa akan lebih menguasai
materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur
sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membuat
sesuatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang
dipelajari. [1]
Selain memperhatikan hal diatas
,ada baiknya kita juga memperhatikan beberapa pendekatan yang dilakukan dalam
pelajaran pendidikan agama islam.
A. Pendekatan Subjek Akademis.
Setiap ilmu pengetahuan
memiliki sistematisasi yang berbeda dengan ilmu lain,pendekatan subjek akademis
dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang akan
dikuasai oleh peserta didik,yang diperlukan untuk pengembangan disiplin ilmu
.pendidikan agama islam disekolah merupakan disiplin ilmu meliputi aspek
al-quran,hadits ,akhlak,ibadah dan muamalah,tarikh.dimadrasah aspek tersebut dijadikan
sub-sub bagian mata pelajaran pendidikan agama islam,yang mana bagian –bagian
itu diajarkan secara sendiri-sendiri.,yang diajarkan berdasarkan sistemasi
sistem ilmu masing-masing.
B.
Pendekatan
Humanistis.
Pendekatan ini bertitik tolak dari ide memanusiakan
manusia,yaitu penciptaan kontek yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi
lebih human,untuk mempertinggi harkat dan martabat manusia merupakan dasar filosofinya.dasar teori,dasar evaluasi
dan dasar pengembangan program pendidikan..
Apa yang dimaksud dengan memanusiakan manusia yaitu
pemahaman atas diri manusia yang terdiri dari dua unsur,yaitu unsur
jasmani/materi yang bahan dasarnya adalah bagian dari alam semesta ciptaan
Allah SWT. Dan unsur rohani yaitu ruh yang ditiupkan kedalam diri manusia,sehingga
manusia mempunyai alat potensi dan fitrah. Dengan demikian berarti memanusiakan
manusia berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengaktualisasikan dirinya dan menumbuh kembangkan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar
atau yang disebut fitrah manusia.
C. Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini bertolak dari
analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tugas
tertentu,materi yang diajarkan ,kriteria evaluasi sukses, dan strategi
belajarnya diterapkan sesuai dengan analisis tugas tersebut. Dalam kurikulum
pendidikan agama islam ini menekankan pada know how atau cara melakukan tugas
tertentu,misalnya cara melakukan shalat,haji,puasa,zakat mengkapani mayit
,shalat jenazah dan sebagainya.pembelajaran pendidikan agama islam menggunakan
pendekatan teknologis bila mana ia menggunakan pendekatan sistem dalam
menganalisis masalah belajar.merencanakan,mengelola,melaksanakan dan
menilai..pendekatan teknologis ingin mengejar kemanfaatan tertentu yang
menuntut peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu,sehingga
proses dan rencana produknya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan
terkontrol,dari rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut
diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif,efisien dan memiliki daya tarik.pendekatan
ini tentunya mempunyai keterbatasan,oleh karena itu tidak selamanya dapat
diterapkan. Jika yang diinginkankan hanya pada penguasaan materi (kognitif )
semata mungkin cocok untuk dipakai, tapi bila dimaksudkan untuk sampai pada
tingkat kesadaran iman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan seharip-hari
,pendekatan teknologis sulit untuk diterapkan. Karena mungkin prosesnya dapat
dirancang ,tapi hasilnya sulit untuk diukur.
D. Pendekatan Rekonstruksi Sosial.
Pendekatan ini bertolak dari
problem yang dihadapi dalam masyarakat. Yang memerlukan pemecahannya.pendekatan
rekonstruksi sosial menekankan pada isi pembelajaran dan juga menekankan pada
proses pendidikan dan pengalaman belajar,karena pendekatan ini berasumsi bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia
lain,berinteraksi dan bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup,memecahkan masalah
yang dihadapi, tugas pendidikan terutama membantu agar peserta didik menjadi
cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan
masyarakatnya.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar