google-site-verification: google314e099c36007d9d.html

Selasa, 23 Februari 2016

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Bagian 3 )




.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Sebelum berbicara tentang pendekatan yang dilakukan dalam  pembelajaran pendidikan agama islam ,kita harus memperhatikan hal-hal apa sajakah  yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan pembelajaran secara umum.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Gordon Dryden dan Jeannette Vos”Revolusi yang sebenarnya bukan hanya soal persekolahan melainkan soal pembelajaran,menemukan cara belajar ,cara berpikir dan tehnik tehnik baru yang dapat diterapkan pada masalah dan tantangan apapun untuk semua tingkatan usia”[1]


Untuk mencapai masyarakat pembelajar ,menurut Gordon Dryden ada tiga belas langkah yang satu sama lain saling berkaitan ,yaitu :
  1. Peran baru komunikasi elektronik.
Bagaimanapun juga sekarang ini kita hidup diera pertama sepanjang sejarah manusia ketika setiap orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja secara mudah.kini adalah era pertama,ketika anak-anak lebih menguasai teknologi dominan dibanding para guru dan orang tua, revolusi gabungan internet komputer world wide membentuk generasi baru –lebih dahsyat dibandingkan revolusi yang dipicu oleh temuan percetakan ,radio,mobil dan televisi.
Tapscot mengingatkan bahwa masyarakt ,perusahaan,dan bangsa yang berhasil dalam ekonomi baru adalah mereka yang memperdulikan anak-anak mereka,sehingga dia mengajak untuk untuk memberi anak-anak alat-alat yang mereka perlukan,dan mereka akan menjadi sumbr petunjuk satu-satunya tentang cara membuat sekolah yang berhasil dalam ekonomi baru ini adalah  cara membuat sekolah yang relevan dan efektif.[2]

  1. Pelajaran komputer dan internet.
Pada abad 21 komputer dan internet adalah seperti halnya telepon bagi abad 20 bahkan lebih dahsyat lagi.

  1. Perlunya perombakan dramatis dalam pendidikan orang tua.
Rumah adalah tempat pendidikan pertama bagi anak,terama pada tahun-tahun pertama pertumbuhannya.
4.  Prioritas layanan kesehatan bagi anak-anak.
Tahun-tahun pertama sangat penting  untuk pembelajaran ,yaitu sembilan bulan sebelum kelahiran dan lima tahun pertama adalah sangat penting bagi kesehatan.

5   .Program  pengembangan anak-anak.
Program pengembangan anak harus menjadi prioritas utama.

  1. Kita dapat mengejar ketinggalan pada usia berapa saja. Kebanyakan teknik pembelajaran baru dapat juga digunakan secara efektif bagi pembelajaran untuk orang dewasa.

  1. Melayani setiap gaya belajar individu.
Sebagaimana dikatakan oleh Barbara Prashing dalam The Power of Diversity “Orang disegala usia sebenarnya dapat belajar apa saja jika mereka melakukannya dengan gaya unik mereka,dengan kekuatan pribadi mereka sendiri.”[3]

  1. Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir.
Mata pelajaran harus membentuk inti dari persekolahan,masing-masing diintegrasikan kedalam seluruh pelajaran,belajar tentang cara belajar dan cara berpikir, yang pertama berarti mempelajari cara kerja otak bekerja, cara memori bekerja ,cara kita menyimpan informasi ,mengambilnya ,menghubungkannya dengan konsep lain dan mencari pengetahuan baru ,kapanpun anda memerlukannya dengan cepat. Menurut Vernon A.Magnesen mengklasipikasikan konsep kerja  pembelajaran sebagai berikut :
10 % dari apa yang kita baca,20% dari apa yang kita dengar,30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan , 90 % dari apa yang kita katakan dan alakukan.[4]
Selain dari unkapan yang tersebut diatas ,juga terdapat hal yang menarik untuk disimak dan dipikirkan oleh guru, tertuama guru pendidikan agama islam, sebagaimana diungkapkan oleh Dorothy Law Notte yang berbunyi :
Anak belajar dari kehidupannya. Dengan rincian :
Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki.jika anak dibesarkan dengan permusuhan ,ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan ketakutan ,ia belajar gelisah. Jika anak dibesarkan  dengan rasa iba. Ia belajar menyesali diri. Jika  anak dibesarkan dengan olok-olok ,ia belajar rendah diri. Jika anak di besarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian. Jiak anak dibesarkan dengan dipermalukan ,ia belajar merasa bersalah. Jika anak dibesarkan dengan dorongan ,ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika nak dibesarkan dengan pujian,ia belajar  menghargai. Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai. Jika anak dibesarkan dengan dukungan,ia belajar menyenangi diri. Jika nak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan. Jiak anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar dengan kebenaran  dan keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi ,ia belajar kedermawanan. Jika anak dibesarkan  dengan  rasa aman ,ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan persahabatan,ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Jika anak dibesarkan dengan ketenteraman ,ia belajar berdamai dan pikiran.[5]

  1. Apa yang seharus diajarkan di sekolah
Menurut Pestalloza ,seorang Swiss pengikut Rouseau berpendapat bahwa indra  harus dilatih melalui beberapa tahap belajar dengan latihan-latihan formal lalu memadukannya dengan gagasan sendiri.
10.  Belajar dengan empat tingkat
Mata pelajaran apapun  yang diambil siswa, tolok ukur sesungguhnya dalam sistem pendidikan masa depan adalah seberapa besar kemampuannya dalam membangkitkan  gairah belajar  secara  menyenangkan.
pendekatan ini akan mendorong setiap siswa untuk membangun citra diri positif yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.dalam setiap sistem yang terbukti berhasil yaitu citra diri ternyata lebih penting dari pada materi pelajaran.
  • Keempat tingkatan pembelajaran yang dimaksud adalah Citra  diri dan perkembangan pribadi.
  • Pelatihan keterampilan hidup
  • Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir
  • Kemampuan akademik,fisik, artisti k yang spesifik.
Setiap aspek dapat disatupadukan untuk saling mendukung dan melengkapi.

11. Tiga tujuan belajar.
      a. Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesipik. Anda dapat melakukannya dengan lebih cepat.lebih baik dan mudah.
b. Mengembangkan kemampuan konseptual umum –mampu belajar menerapkan konsep yang  yang sama atau yang berkaitan  dengan bidang bidang lain.
c.  Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.

12. Dimana seharusnya kita mengajar.
Sekolah dijadikan pusat belajar seumur hidup,pusat pendidikan orang tua,dan ditekankan bahwa sebagian besar orang yang paling baik belajar melalui seluruh indra,betapa mengagumkan hasilnya jika semua masyarakat memikirkan kebutuhan belajarnya dan mulai mendesain ulang bentuk sekolah untuk memenuhi kebutuhan itu.
13. Berpikir terbuka dan komunikasikan dengan jernih.
Siapapun harus selalu membuka pikiran  dan mengkomunikasikan capaian penelitian secara faktual,jujur dan jelas.

Dari tiga belas hal yang dikemukakan oleh Gordon & Dryden diatas  dapat kita tarik pemahaman bahwa  sikap manusia dapat menjadi positif jika dihadapkan pada lingkungan yang diberi  rangsangan positif ataupun sebaliknya.
Memperhatikan gaya belajar siswa kebanyakan  yaitu Haptik Kinestetik 37 persen, yaitu belajar dengan bergerak,menyentuh,menyeluruh  dan  melakukan.
Auditorial  34 persen,yaitu dengan suara musik,dan Visual 29 persen ,yaitu belajar melalui gambar [6]-
Memperhatikan uraian yang dikemukakan diatas ,maka kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,  dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.  Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. 
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
b. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Pendekatan merupakan cara pandang dan tindakan nyata yang dilakukan untuk memecahkan masalah belajar, sumber belajar, dan cara siswa belajar agar konpetensi dasar dapat dicapai siswa secara maksimal. Pendekatan apapun yang digunakan dalam KBM Pendidkan Agama Islam, diharapkan dapat memberikan peran kepada siswa sebagai pusat perhatian dan kegiatan belajar mengajar. Tugas dan peranan guru dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh metodik “apa yang akan dipelajari” siswa, melainkan pada “ siswa bisa apa” setelah kegiatan belajar mengajar. Karena itu pertanyaan guru adalah  “kemampuan apa yang dipelajari siswa“ dan  “bagaimana merekayasa, menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif dan efektif terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
diciptakan dalam KBM, baik sebagai sumber belajar yang direncanakan maupun yang dimanfaatkan atau dengan memanfaatkan nara sumber lain.

A.   Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam  merancang dan mengembangkan KBM Pendidikan Agama Islam , yaitu:
1.         Pendekatan keimanan/spiritual: pembelajaran yang dikembangkan dengan mengelolah rasa dan kemampuan beriman peserta didik melaui  pengembangan kecerdasan spiritual (ES) dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sehingga memilki iman yang cerdas, matang, dan dewasa atau menjadi hambah yang beriman dan bertaqwa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya melalui Penyadaran bahwa Tuhan Allah sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini. 
2.         Pendekatan pengalaman, proses pembelajaran yang dikembangkan  dengan paradigma pedagogik reflektif yag lebih mengutamakan aktivitas siswa untuk menemukan dan memaknai pengalamannya sendiri dalam menerima dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya melakukan refleksi pengalaman keagamaan setiap mengawali pelajaran  
3.         Pendekatan emosional, pembelajaran yang dikembangkan dengan mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosi memiliki lima unsur yaitu kesadaran diri (self- Awareness), pengaturan diri (self-Regulation), motivasi(Motivation), empati (Empathy), dan keterampilan social (social skill) . Misalnya melalui mengembangkan motivasi dan rasa empati amal social atau akhlak terhadap orang yang berkekurangan
4.         Pendekatan rasional, pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan akal (rasio) sesuai tingkat perkembangan   kognitif atau kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik dalam menerima, menghayati, menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya melalui penalaran moral dalam menentukan sikap/akhlak berbakti kepada orang tua 
5.         Pendekatan keteladanan, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan figure personal sebagi pewujud nilai-nilai ajaran Islam, agar siswa dapat melihat, merasakan, menyadari, menerima, dan mencontoh untuk mengamalkan nilai-nilai yang dipelajari. Figur personal di sekolah adalah guru PAI dan semua warga madrasah, sedangkan di rumah adalah orang tua dan seluruh anggota keluarga untuk dijadikan acuan atau sumber belajar dalam mewujudkan kepribadian beragama seorang. Misalnya, figure guru yang menampilkan kepribadian sopan, ramah, pandai, rapih, bersih, taat beribadah dsb.   
6.         Pendekatan Pembiasaan adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap konteks/lingkungan belajar (disekolah maupun luar sekolah) dalam membangun mental (mental building) dan membanguan komuninitas/masayarkat (community building) yang islami sesuai   kesanggupan siswa dalam mengamalkan dan mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan belajar yang ada disekitar siswa diupayakan, direkayasa, dan diciptakan untuk dapat mendukung siswa dalam berlatih, mencoba, praktik, dan terbiasa berperilaku baik yang sesui dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Misalnya pembiasaan 4 S (Senyum, Salam, Sapa, dan Santun) di madrasah setiap bertemu orang.
7.         Pendekatan Fungsional adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap kemampuan untuk menggali, menemukan, dan menunjukkan nilai-nilai fungsi tuntunan dan ajaran agama sebagai pedoman hidup dalam menjawab dan memecahkan persoalan kehidupan manusia. Misalnya menunjukkan fungsi agama dalam mengatur kehidupan bertetangga 
Disamping pendekatan tersebut diatas dalam merancang dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar Aqidah Akhlak juga perlu mengacu pada beberapa pendekatan belajar dan pembelajaran secara umum sebagai berikut:

1.         Empat Pilar Pendidikan, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan menyatukan empat pilar pendidikan, yaitu  belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama /kebersamaan (learning to live together).
2.         Inkuiri dan descovery, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran siswa sebagai  young scientist” (peneliti muda), ia selalu ingin mengetahui karena rasa keingintahuan (curiousity) yang besar untuk mencari dan menemukan kebenaran nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan. Misalnya dengan di keembangkan pertanyaan-pertanyaan yang beragam, seperti “apa, mengapa, bagaimana, dan bagaimana jika …….. siapa, untuk apa” terhadap fakta/peristiwa yang ada di sekitar kehidupannya
3.         Konstruktivistik, adalah pembelajaran yang dikembangkan dengan pemberian peran terhadap siswa sebagai pembangun gagasan,  pengetahuan, dan nilai yang bermakna melalui interaksinya dengan  ayat-ayat qauliyah (bersumber dari al-Quran dan al-Hadist), kisah, sirah nabawiyah dan ayat-ayat qaunniyah (lingkungan, peristiwa, informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni/budaya di sekitar siswa dalam mewujudkan aqidah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. MIsalnya melalui diskusi, pembuktian, demontrasi, dan kegiatan praktis dalam mempertajam gagasan dan penghayatan nilai-nilai ajaran Islam
4.         Pemberi Nilai Agama terhadap  Sains, Lingkungan, Teknologi Dan Masyarakat (Salingtemas), adalah pembelajaran yang dikembnagkan dengan pemberian peran Pendidikan agama berfungsi sebagi sumber nilai bagi perkembangan Science, Environment, Technology And Society (SETS). Melalui  klarifikasi nilai terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh  ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan dampaknya bagi lingkungan alam, budaya, dan peradaban umat manusia sehingga dapat menentukan pilihan sikap beragama secara benar sesuai ajaran Islam. Misalnya klrifikasi jenis produk, identifikasi nilai-nilai yang terkandung, menemukan dampak positif dan negatifnya, menentukan sikap/pilihan nilai yang akan dilakuakan
5.         Demokratisasi, adalah adalah suatu bentuk upaya pembelajaran yang menjadikan  madrasah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Pembelajaran yang demokratis dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Misalnya siswa diposiiskan sebagai subjek yang sama dalam hal belajar dan dihargai sesuai kemampuanya. Suasana belajar mengajar akrap, terbuka, menyenangkan, saling menghormati dan menghargai. Tidak  kaku, tegang, tugas tidak seimbang, perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak berkembang tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.
6.         Membangun Jaringan Pengetahuan, adalah upaya membantu siswa melakukan  pengelolahan informasi yang diterima dengan baik sehingga  membentuk suatu pemahaman yang sistematis. Misalnya dengan strategi  pengorganisasian dan pengintegrasian isi materi melalui analogi, diskusi elaboratif, dan pengklasifikasian. Seperti analog kasih Ibu bagaikan sang Surya. Diskusi elaboratif peran, fungsi, jasa ibu, klasifikasi nilai kasih Ibu





[1] Gordon Dryden &Jeannette Vos, The Learning Revolution (Revolusi cara belajar Penerbit Kaifa,Jkt,2000.
[2] Gordon dryden. Ibid.
[3] Gordon dryden,ibid.hal  98.
[4] Gordon Dryden, ibid, hal 100.
[5] Gordon dryden .ibid.hal 104
[6] Gordon &Dryden .ibid hal 131.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar