google-site-verification: google314e099c36007d9d.html

Senin, 22 Februari 2016

Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( bagian 5 )

E.Proses Pembelajaran yang efektif
Berbicara tentang proses pembelajaran ,kita tidak bisa lepas dari  beberapa prilaku guru itu sendiri yang terkait secara langsung  dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam . Oleh karena itu ada beberapa prilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran yang efektif bisa terwujud, prilaku tersebut adalah :
Menggunakan suatu sistem aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu.
Mencegah agar prilaku siswa yang salah tidak berterusan.
Mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat.
Bergerak keseluruh ruangan kelas untuk mengamati siswa
Situasi –situasi yang mengganggu diatasi dengan cara –cara yang bijaksana ( dengan cara non verbal,isyarat,pesan-pesan ,kedekatan ,kontak mata dan lain-lain. )


Memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa,terutama apabila mereka bekerja secara  bebas.
Menggunakan cara yang memungkinkan siswa melaksanakan tugas-tugas belajar dengan arahan seminimal mungkin
Memanfaatkan waktu pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus terlibat aktif dan produktif dalam melaksanakan tugas –tugas pembelajaran
Menggunakan cara-cara tertentu untuk mendapatkan perhatian siswa.
Tidak mulai berbicara kepada kelas sebelum semua siswa memberikan perhatian.
Menggunakan tehnik-tehnik mengajar yang bervariasi dan menyesuaikan pengajaran dengan       keperluan pembelajaran
Menggunakan suatu sistem pemeriksaan tugas-tugas
Menghubungkan bahan yang diajarakan dengan aktivitas yang harus dilakukan siswa
Menggunakan tehnik-tehnik yang memberikan kemudahan perpindahan secara berangsur dari aktivitas yang konkret ke yang lebih abstrak
Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang mudah dan tinggi.
Menyadari apa yang sedang berlangsung didalam kelas
Dapat menghadirkan lebih dari satu hal dalam satu waktu
Mengatur pergantian pelajaran atau aktivitas pembelajaran secara mulus
Memelihara jalannya arahan pelajaran secara baik
Memberikan penyajian secara jelas didalam kelas
Dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran
Menunjukkan sikap memelihara ,menerima dan menghargai anak
Memberikan respon yang memadai terhadap makna ,perasaan dan pengalaman peserta didik
Mengarahkan pertanyaan pada banyak siswa yang berbeda-beda,dan bukan hanya pada siswa tertentu
Menggunakan berbagai tehnik untuk membantu siswa dalam memperbaiki respon yang keliru/ salah
Memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa
Menggunakan kritikan yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih pandai.
Menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan,bahasan,atau saran-saran .(Surya 1997

Setelah berbicara tentang prilaku positif yang diimplimentasikan  guru  dalam proses pembelajajaran pendidikan agama islam,maka  kita tahu bahwa proses pembelajaran itu berlangsung melalui interaksi antara guru dan siswa ( peserta didik dalam situasi pengajaran yang bersipat edukatif.melalui proses pembelajaran siswa akan berkembang kearah pembentukan manusia sebagaimana tersirat dalam tujuan pendidikan.supaya pembelajaran dapat berlangsung secara efekti,guru harus mampu mewujudkan peroses pembelajaran dalam suasana kondusif.yang bercirikan sebagai berikut :
1. Berpusat pada siswa.hendaknya siswa menjadi perhatian utama dari pada guru,semua kegiatan hendaknya diarahkan untuk membantu perkembangan siswa,karena keberhasilan proses pembelajaran terletak dalam perwujudan diri siswa sebagai pribadi mandiri,pelajar efektif dan pekerja produktif.
2. Interaksi edukatif antara guru dan siswa.interaksi guru dan siswa hendaknya mendasarkan sentuhan-sentuhan psikologis.yaitu adanya saling pemahaman antara guru dan siswa.guru tidak hanya sebagai penyampai bahan tapi juga merangsang perkembangan siswa.
3. Suasana demokratis.
Siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk mewujudkan dan  mmengembangkan hak dan kewajibannya, semua pihak mendapat penghargaan sesuai dengan potensi dan prestasi sehingga dapat memupuk rasa percaya diri,berinovasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
4. Variasi metode mengajar.
Tak satupun metode yang efektif untuk seluruh materi dan bahan pelajaran.  Oleh karena itu guru harus memilih metode yang tepat  sesuai dengan bahan yang diajarkan.
5. Guru yang professional.
Guru prfessional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai,tanggung jawab yang tinggi,mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan siswa dimasa depan.
6. Bahan ajar yang sesuai dan bermanfaat.
Guru harus dapat mengolah bahan ajar agar menjadi sajian yang dapat dicerna oleh siswa  secara tepat,cepat dan bermakna.
7. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan yang kondusip adalah lingkungan yang dapat menunjang  bagi proses pembelajaran secara efekif
8. Sarana belajar yang menunjang.
Baik saran tersebut secara langsung atau tidak langsung terkait dengan kegiatan proses pembelajaran..


F.PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

A. Pemikiran tentang belajar.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya  lingkungan Belajar
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

B. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D.Pengertaian CTL
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2.  Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata  dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.


E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional
NO. CTL TRADISONAL
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima informasi
4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disi-mulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan
6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu

7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok) Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)
8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
9. Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan
10 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman
12. Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik
13 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
14 Hasil belajar diukur  melalui penerapan penilaian autentik. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.


C  .Penerapan Pendekatam Kontekstual di kelas.
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2.Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.Ciptakan masyarakat belajar
5.Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6.Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

D. Tujuh Komponen CTL
   a. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

b.  Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

 c. Questioning (bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

d. Learning community (masyarakat belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar Bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, Tukar pengalaman, Berbagi ide
e. Modeling (pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

f. Reflection ( refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
Mencatat apa yang telah dipelajari
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

g. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
 Penilaian produk (kinerja)
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

h. Karakteristik Pembelajaran  CTL.
 Kerjasama, Saling menunjang,Menyenangkan, tidak membosankan, Belajar dengan bergairah, Pembelajaran terintegrasi menggunakan berbagai sumber, Siswa aktif, Sharing dengan teman,Siswa kritis guru kreatif.
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja  siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

i..menyusun rencana pembelajaran berbasis kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar