google-site-verification: google314e099c36007d9d.html

Selasa, 05 Januari 2016

TRANFORMASI SIKAP GURU MENGHADAPI PERUBAHAN KURIKULUM



TRANFORMASI SIKAP GURU MENGHADAPI PERUBAHAN KURIKULUM

 Key word : Tranformasi,sikap guru,kurikulum

 Abstrak Kurikulum adalah acuan mendasar dalam praktik pendidikan, tetapi keberadaan guru juga faktor penting yang tidak boleh diabaikan . ada orang yang setuju dan tidak setuju dengan kurikulum 2013 sehingga banyak para pakar pendidikan dan praktisi pendidikan berpendapat bahwa bisa jadi ada hal yang belum ideal dan tepat dari desain kurikulum 2013. Terlepas dari isubagaimana idealnya kurikulum resmi yang akan disahkan oleh pemerintah,guru memiliki peran kunci yang cukup urgen dalam dunia pendidikan baik dalam proses pembelajaran dan juga proses penilaian pembelajaran 


 Makalah ini mengulas secara singkat konsepsi guru ideal sebagai guru yang siap menghadapi perubahan yang mendasarkan pada gagasan dan praktik pembelajarannya, kenyataannya ketika diadakan Bimbingan Teknis ( Bimtek ) kurikulum 2013 oleh penulis sebagai narasumber di beberapa daerah dalam wilayah kerja di beberapa kabupaten di sumatera selatan,Bangka dan Lampung sebahagian besar guru mengajukan keluhan tentang kesulitan pelaksanaan Kurikulum 2013 terutama dalam peroses pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.padahal guru bukan sekadar teknisi dan/atau pelaksana kurikulum yang siap pakai,melainkan peramu/pengolah pengetahuan dan keterampilan hidup untuk dipelajari bersama di kelas, guru juga peneliti aktif yang sekaligus mengarahkan praktik pembelajaran ke arah perubahan sosial, bukan sekadar pencapaian presetasi akademik semata,oleh karena itu perlu mendapat perhatian dan keterlibatan secara komprehensif dalam berbagai aspek kependidikan. 

 Berkaitan dengan kebijakan pemerintah.Kurikulum 2013 yang dikembangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjadi isu paling seksi didunia pendidikan di akhir tahun 2013 dan tahun 2015 sekarang ini. Banyak pro dan kontra terjadi di masyarakat, Banyak kritik yang mengemuka, antara lain adalah: (1) terkesan kompetensi dasar (KD) dipaksa untuk dikaitkan dengan nilai-nilai religiusitas; (2) hilangnya posisikerja guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); (3) belum jelasnya konsep dan praktik tematik-integratif pada jenjang Sekolah Dasar (SD), (4) pengembangan kurikulum 2013 tidak didasari oleh riset-riest yang serius dan mendalam terhadap pelaksanaan kurikulum yang sedang berjalan, dan lainnya. Pro-kontra di atas tentu saja patut dinilai secara positif dan wajar dalam era demokratisasi seperti saat ini.Karena semua itu bagian dari bukti cinta dan perhatian masyarakat kita yang berharap adanya penyelenggaraan pendidikan di tanah air.Walau banyak kritik dilontarkan namun pemerintah tetap bersikukuh bahwa kurikulum 2013 yang didesainsebagai kurikulum nasional .

 Oleh karenaitu, mau tidak mau pihak sekolah dan para guru harus “ siap”menghadapi implementasikurikulum 2013.dikemukakan bawa kata siap” tidak bermakna pasif menerima kurikulum 2013 begitu saja. Lebih dari itu “ siap” diwujudkan dalam bentuk daya kritis, analitis, dan evaluatif terhadap kurikulum 2013.Dengan demikian, guru harus siap untuk tidak sekadar menerima begitu saja kurikulum2013, melainkan selalu berupaya untuk jeli dan kritis terhadap kurikulum 2013 sebagai produk yang dibuat dengan kewenangan “mutlak”oleh pemerintah pusat sampai pada publikasi buku pegangan guru dan anak didik. Sebelum kita mengkaji lebih jauh konsep “ideal” guru yang siap terhadap segala macam perubahan kurikulum bahkan juga perubahan sosial, budaya, politik, dan lainnya mari kita identifikasi hal-hal apayang dapat kita petik pelajaran dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)sebagai kurikulum resmi yang resmi dilegitimasi oleh pemerintah sebagai kurikulum nasional berlaku untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. 
      
      Refleksi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Salah satu argumen dari pemerintah ketika merumuskan kurikulum 2013 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan fakta di lapangan bahwa sebagian besar guru dan sekolah tidak dapat menyusun dokumen kurikulum yang akan dijadikan panduan praktikpembelajarannya sendiri. Agaknya dengan melihat kenyataan tersebut pemerintahkemudian mengambil alih kewenangan dalam perumusan kurikulum, hal tersebutsebagaimana terdapat dalam dokumen kurikulum 2013 yang menyatakan bahwapemerintah pusat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kemdikbud) secaramutlak menyusun kurikulum dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)sampai pada silabus danlesson plan(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, RPP), bahkan juga buku pegangan guru dan anak didik.Berdasarkan pada fakta tersebut, kami punya pemikiran praktis dalam penyelesaian masalah kurikulum agar cepat dapat menuntaskan problematika dualism kurikulum supaya guru dan para pendidik dan pemerhati pendidikan tidak dalam kebingungan yaitu mestinya guru dilatih dan didampingi serius untuk dapat meramu berbagai realitas, beragam ilmu pengetahuan, dan juga keterampilan hidup agar dapat menjadi menu belajar yang enak, menyenangkan,bermakna untuk dipelajari bersama anak didikdi kelas. 

Dengan kata lain, guru harus mendapat bimbingan intensif persuasive dan comprehensive disamping diberikan punya ruang gerak yang luas untuk dan demikepentingan anak didiknya, konsep inilah yang familiar disebut sebagaistudent centered dan teacher centred yaitu pembelajaran yang terpadu seimbang antara berpusat pada siswa/anak didik dan guru. Dari perspektif pedagogi kritis (critical pedagogy ) dengan demikian bahan/materi pembelajaran mestiberangkat dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dan dibawa oleh masing-masing anak didik ke kelas. Salah seorang pemikir dan aktivitas pedagogi kritis, HenryGiroux (1997:109) Giroux menggambarkan bahwa praktik pembelajaran mestinya berangkatsetidaknya dari kehidupan dan budaya anak didik yang dibawa ke kelas/sekolah.Konsep dan praktik inilah yang disebut oleh Giroux sebagai kurikulum yang berbasispada gagasan pembebasan (emancipatory ). 

Dengan demikian kurikulum harusbernuansa membebaskan agar klop/sesuai setidaknya dengan konsep pendidikan yangberpusat siswa.namun disisi lain bahwa tidak semua materi pelajaran harus dan sesuai dengan pola pembelajaran student centered,umpamanya mata pelajaran agama yang terkait dengan keimanan dan hal gaib yang sulit siswa amati.ini harus diajarkan berdasarkan panduan keimanan yang bersipat mendidik dari pendidik, jika tidak demikian maka akan sangat besar kemungkinan akan menimbulkan penyimpangan pemahaman terhadap konsep keimanan tertentu,mengingat tingkat usia dan kemampuan siswa untuk memahami suatu konsep keimanan memerlukan ilmu dasar atau kaedah agama yang benar. Dengan pemikiran yang diungkapkan diatas maka berarti pengajaran bersipat teacher centered perlu dipertimbangkan seperti Model Komando atau Banking Learning Concept. Sejauh ini model-model pembelajaran yang bersifat teacher center terlihat pada model pembelajaran model komando atau banking learning concept. 

Pembelajaran model ini selalu betolak belakang antara posisi guru dan peserta didik, yakni jika guru ceramah siswa mendengarkan dengan tekun, guru bertanya siswa menjawab, guru mengerti siswa berusaha untuk mengerti dan menginternalisasi bahan yang diajarkan, guru menampilkan bahan teks siswa mencatat, merangkum dalam bimbingan guru , guru sebagai subjek siswa sebagai objek, guru membuat program belajar siswa menerima program, dan seterusnya., biasanya guru mempersiapkan bahan untuk diterapkan pada siswa. Jadi model komando tidak melibatkan siswa dalam bentuk menyepakati kontrak belajar tetapi siswa harus responsive. Pada pola lain pembelajaran juga bisa dilakukan dengan pembelajaran individu ( independent / individual )Independent atau Individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual peserta didik. Pada saat ini, pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran organisasi, tetapi pembelajaran organisasi tidak akan terjadi tanpa pembelajaran individu 
 Tujuan individual learning bagi para peserta didik adalah agar mereka secara mandiri dapat mengatur tujuan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai, melacak kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu.Manfaat sistem pembelajaran Independent ini mampu memenuhi kepentingan peserta didik secara individual.Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat langkah penting dalam pelaksanaan individual learning , yaitu:1.Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment.2 Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin dapat memudahkan (memfasilitasi) pembelajaran.3.Merencanakan pembelajaran.4. Memulai pembelajaran yang mengatur data harian. 5. Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh peserta didik dan fasilitator guru. 

Penselarasan dengan pandangan guru sebagai teknisiyang tugas utamanya adalah mengimplementasikan sesuatu yang sudah jadiketimbang mengkonsepnya, guru punyaotoritas pembebasan disamping keterikatan dalam panduan yang telah ditentukan pemerintah dengan tetap mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran dan materi pelajaran yang diharus diajarkannya.supaya semua kepentingan guru dan siswa dapat terakomodir dengan baik . Dalam konteks pengembangan danperubahan kurikulum: guru harus dapat membebaskan dari konsep-konsep gurukonvensional sebagai teknisi atau operator kurikulum yang sudah jadi sebagai paketbaku, sebaliknya guru harus membawa pengetahuan-pengetahuan kritis. Lebih jauhlagi guru harus mengarahkan praktik pembelajaran untuk tidak sekadar mencapaiprestasi-prestasi akademik, melainkan juga menamkan keimanan yang benar kepada siswa disamping menuju mempunyai karakter yang sesuai dengan agama dan budaya Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar